Sugeng Rawuh

Home Refinance Loanpamartajawa ayo-ayo samya udhu "wiji" klungsu, dhudhah-dhudhah budaya jawa, jajag-jajag kedhunge basa, pawitan suku jaja ateken janggut, pawadan sregep tinon lan takon, cukla-cukli mbremana sandhi, pancadan sumarah manembah mring kersane Hyang Widhi Wasesa. dimen lestari jiwa jawi wani anjawani anjarwani...

Readmore

Sugeng Rawuh Sanggar Sastra Jawa, Ketoprak, Wayang, Pranatacara, paes lan tari, Yudhistira 5, Banguntapan, Bantul, Ngayogyakarta....

Readmore

Urip Sejati, Sejati Urip Urip iku rasa, rasa iku urip, urip tanpa rasa iku reca. wira wiri ora rumangsa wirang karana wus ilang rasane den samudana ora krasa, direrepa ora rumangsa, disendhu ora digugu, dipenggak nyangkal tenggak, digatra sansaya ndadra Atine tan tanggap, esmune sepi ing sasmita, meguguk mangutha waton, mbondhan tanpa ratu watake pekok tan kena ginepok alok, sikepe mbedhug boten kinukup ing gludhug

Readmore

Minggu, 29 November 2009

0
Kulon Progo Siap Ikuti Festival Sendratari Se DIY

Kulon Progo Siap Ikuti Festival Sendratari Se DIY,.

Girimulyo (30 /11/09) . Festival Sendratari Se Provinsi Daerah Isimewa Yogyakarta Th 2009 akan digelar di Padepokan Karangrejek, Gunung Kidul Yogyakarta, tanggal 4 - 5 Desember 2009. Festival rutin tahunan ini akan diikuti oleh 5 grup peserta dari Kabupaten Kulon Progo, Sleman, Bantul, Kota Yogyakarta dan tuan rumah Gunung Kidul. Festival tari se DIY kali ini mengambil cerita Banjaran Gatotkaca, yang secara maraton episode ini dilakonkan oleh ke 5 grup peserta Festival. Kabupaten Kulon Progo sebagai salah satu peserta Festival sendratari pada kesempatan ini mendapat jatah urutan lakon Aji Norontoko, dan tampil pada giliran urutan ke 2, tanggal 4 Desember 2009.


Team tari Kabupaten Kulon Progo hampir 1 bulan terakhir ini telah mempersiapkan diri secara serius, meskipun dengan segala keterbatasan dana maupun fasilitas. Didukung oleh 17 penari dan 12 pengisi gendhing yang rata-rata masih anak muda nampak begitu bersemangat berlatih dibeberapa tempat. Rupanya idialisme dan rasa berkesenian anak-anak muda putera dan puetri daerah asli Kulon Progo ini sedang tumbuh mekar, oleh karenanya segala kendala teknis tidak menjadi hambatan dalam mempersiapkan diri maju dalam festival. 


Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya untuk mengikuti festival ini, para seniman kurang mendapat support dari pemerintah daerah, berbeda dengan Kabupaten lainnya dimana pemdanya begitu antusias mensupport baik dalam bentuk dana dan fasilitas. Namun demikian hal ini tidak menyurutkan semangat para seniman muda asli Kulon Progo ini, karena mereka menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang mewakili kesenian dan budaya adilihung..


Susunan pengawak Festival Sendratari se DIY, dari Kabupaten Kulon Progo adalah : pimpinan produksi Singgih Wibisono, Sutradara: Herida Damarwulan, Penata tari : Kristiani Wulandari, penata gendhing : Kelik "bule" Parjiyo, Penata busana : Fuad De. Seluruh pendukung tari merupakan anak-anak muda yang masih aktif sekolah dan kuliah, yang diharapkan selepas festival akan menjadi generasi penerus penjaga kehidupan bara seni di Kulon Progo 
Malam ini (30/11/09) akan dilaksanakan gladi kotor, dan besuk malam (1 Desember/09) merupakan gladi bersih yang semuanya dilakukan di Sanggar Bodronoyo, Pendoworejo, Kulon Progo.  


salam budaya
Kjg-

kijogogati.blogspot.com

0
Racikan Pawarta

kijogogati.blogspot.com

Peneliti UNESCO: KRT Gaura Mancacaritadipura 
SANGGAR BODRONOYO PELESTARI 3 WARISAN BUDAYA DUNIA


Girimulyo (26/11/09), Keragaman seni budaya asal Indonesia sering menjadi daya pikat bagi warga negara asing. Begitu pula dengan Gaura Mancacaritadipura, Naoko Matsuyama dan Miyata Shigeyuki, para peneliti National Research Institute Cultural Properties, sebuah Lembaga Penelitian yang mensuplai data untuk Bidang Penghargaan Budaya UNESCO. 

Gaura , Naoko Matsuyama dan Miyata Shigeyuki beserta rombongan dalam kunjungannya baru-baru ini (26/11/09) ke Sanggar Bodronoyo, Dusun Ngrancah, Pendoworejo, Girimulyo merasa sangat bangga dan menemukan sumber referensi penelitian yang tepat, karena Sanggar Bodronoyo merupakan satu-satunya Sanggar yang sekaligus melestarikan 3 (tiga) Warisan Budaya Dunia yakni: Batik, Keris dan Wayang/Gamelan. “Hal ini sangat istimewa dan saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya, karena sanggar semacam ini tidak terdapat di tempat lain” kata Gaura dalam bahasa Indonesia yang cukup fasih.  

Sebelumnya, Drs. Bambang Pidekso selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, mewakili Bupati menyampaikan sambutan dan penghormatan yang tinggi atas kunjungan team UNESCO ke Sanggar Bodronoyo. “Meskipun dipelosok pedesaan, namun ternyata UNESCO menaruh perhatian yang besar atas gerak langkah pelestarian budaya, hal ini membuat kami menjadi sangat bangga” kata Bambang Pidekso dalam sambutannya. Lebih lanjut Kepala Dispbudpar Kulon Progo, mengharapkan agar setelah kunjungan ini bisa benar-benar membawa kemajuan bagi perkembangan pariwisata dan kebudayaan Kulon Progo dimasa depan. 

Kehadiran Team Unesco yang dipimpin oleh Gaura pria asal Australia yang rela menggadaikan kewarganeraannya dan resmi menjadi warga Negara Indonesia (WNI). sekitar lima tahu silam tersebut, sontak membuat seluruh warga Sanggar terhenyak, apalagi waktu kunjungan hampir seluruh pengurus Sanggar sedang sibuk mempersiapkan Festival Tari Se DIY yang akan digelar 4 Desember yad di Karangrejek, Gunung Kidul. Namun dalam batas kesederhanaan dan suasana yang apa adanya itulah rupanya Gaura, Matsuyama dan Miyata dan rombongan menjadi sangat terkesan. Bahkan Gaura Mancacaritadipura yang mendapat gelar kehormatan dari Kasunanan Surakarta karena keahliannya mendalang sempat memperagakan kepiwaiannya selama hampir 15 menit. Begitu disiplinnya memegang pakem pedalangan Gaura sempat grogi karena pakeliran yang disediakan adalah gagrak Ngayogyakarta sementara Gaura lebih akrab dengan gaya Surakarta. Namun demikian pementasan spontan tersebut benar-benar istimewa dan mendapat aplaus meriah. 

Setelah mendalang, Gaura dan rombongan kemudian melihat peragaan tatah sungging wayang, sebuah proses pembuatan wayang kulit dari lembaran kulit mentah hingga menjadi sebuah bentuk tokoh wayang. Tak bisa dipungkiri Naoko Matsuyama putri asal Jepang dan satu-satunya anggota delegasi perempuan begitu serius memperhatikan penjelasan proses pembuatan wayang kulit. Sementara itu, Miyata Shigeyuki yang berpakaian kimono cokelat muda sibuk mendokumentasikan dengan kamera vidionya. Selain melihat proses pembuatan wayang kulit rombongan UNESCO juga mendapat suguhan tatacara pembuatan keris, filosofi dan kajiannya, sementara itu untuk proses batik tidak begitui ditonjolkan karena sebelumnya team Unesco sudh berkunjung ke sentra batik Pekalongan Jawa Tengah. 

Dalam kesempatan yang lain, Miyata Shigeyuki menyampaikan bahwa kunjungan ini adalah sebagai rangkaian panjang membuat data tentang seni dan budaya di Indonesia khusunya Jawa. ”kami ingin mengkaji sejarah, mendokumentasikannya melalui wawancara, foto, film dan wawancara, serta mengamati secara langsung upaya-upaya mandiri yang sangat terpuji seperti di Sanggar Bodronoyo ini” ujar Miyata serius.
(Kjg-)